Kamis, 24 Februari 2011

Sepakbolaku Sayang, PSSI ku Malang

Sore ini, iseng-iseng kulihat tayangan berita di TV. Isinya masalah Revolusi PSSI, dan Tolak Nurdin Halid. Iseng-iseng kubuka twiter, kulihat timeline @infosuporter yang memuat berita demo di depan kantor PSSI Pusat Jakarta, dan @SMeCKinantan yang memuat foto demo di depan kantor PSSI SUMUT. Apakah sudah seburuk itukah PSSI? Apakah memang benar-benar harus Revolusi PSSI?

***

Terpilihnya kembali NH sebagai calon ketua umum PSSI inilah yang memancing kemarahan pecinta sepakbola Indonesia, terutama yang sudah risih dengan kepemimpinan NH sejak beliau menjadi ketua di tahun 2003. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Makasar, dan Medan mereka membuat aksi seperti membawa keranda mayat, membawa kerbau, dll. Pasti sudah banyak yang tahu bagaimana bobroknya PSSI dan buruknya keputusan-keputusan selama era kepemimpinan beliau. Diantaranya:
1.Menghapus sanksi yang diberikan kepada tim Persebaya yang seharusnya tidak boleh didukung oleh Bonek selama dua tahun sejak januari 2010.
2. Mengijinkan pertandingan antara Persib vs PSMS (07 April 2007) yang diputus Komisi Disiplin (Komdis) dan Komisi Banding (Komding) dengan penonton melalui surat sakti dari Ketua Umum PSSI. (Keputusan ini sebelum Munas PSSI 18-22 April 2007 di Makassar dengan agenda memilih ketua umum baru).
3. Yoyok Sukawi, manajer PSIS Semarang, dihukum 6 bulan oleh Komdis dan ditambah menjadi 1 tahun oleh Komding tidak boleh mendampingi tim nya sejak Oktober 2008.
Namun pada pertengahan Januari 2009, Yoyok Sukawi sudah bisa mendampingi timnya kembali melalui mekanisme peninjauan kembali. Baru 3 bulan menjalani hukuman.

Sekarang sudah tahun 2011, itu berarti sudah delapan tahun berlalu, yang berarti sudah dua periode masa kepengurusan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI. Jika terpilih lagi dalam pemilihan kali ini, berarti beliau akan menjadi ketua PSSI selama 12 tahun. Bahkan seorang Presiden Republik Indonesia hanya boleh menjabat 10 tahun. Luar biasa memang. Hahaha…

Namun dibalik keputusan-keputusan kontroversial itu, ada juga keputusan-keputusan NH yang patut dihargai yaitu standarisasi stadion yang mewajibkan klub-klub peserta ISL sesuai standar internasional. Dengan begitu, akan banyak stadion berstandar Internasional di Indonesia. Sehingga lebih member rasa nyaman bagi pertandingan sepakbola nasional. Tetapi tetap saja proses verifikasinya terkesan asal-asalan. Terbukti dengan adanya stadion Pendidikan di Wamena yang kenyataannya menjadi bagus dan rata, tapi diratakan dengan menggunakan pasir. Hahaha..

Selain itu yang patut dibanggakan lagi, yaitu mewajibkan mengikuti kompetisi U-23 bagi klub peserta ISL. Menurut saya ini baik, karena akan memicu regenerasi bagi klub yang bersangkutan. Secara tidak langsung akan mempengaruhi regenerasi timnas Indonesia, dalam hal peningkatan fisik dan mental. Namun, usaha PSSI dalam kompetisi” ISL junior” ini sangatlah buruk dibandingkan mempersiapkan “ISL senior”. Terutama dalam publikasi. sehingga sedikit masyarakat yang mengetahui keberadaan kompetisi “LSI junior”.

Saya akan sangat mengapresiasi jika PSSI lebih serius dalam hal pembinaan usia muda ini. Contohnya dengan meniru langkah yang dilakukan oleh Liga Primer Indonesia (LPI) dalam pengadaan liga. LPI memberi subsidi sebesar 30 Miliar kepada tiap tim. Sehingga setiap tim tidak harus bergantung lagi dengan APBD. Cara ini terbukti dapat mengemat APBN sebesar 600 Miliar setiap tahun. Memang tidak harus sebesar 30 Milyar, tetapi sebagai wujud keseriusannya, PSSI harus memberi subsidi berupa uang untuk pembinaan. Selain itu, publikasi kompetisi usia dini juga tak kalah pentingnya. Hal ini sangat berperan untuk menarik swasta agar mau berinvestasi di kompetisi ini.

PSSI beranggapan kalau dibutuhkan 20 tahun untuk membentuk timnas yang baik. Karena dalam 20 tahun dapat dipersiapkan atlet sejak usia dini dengan nutrisi dan latihan yang baik. Sehingga akan memiliki fisik dan mental bertanding yang baik. NH terpilih tahun 2003, dan jika beliau mempersiapkan timnas Indonesia dengan misi-misi dan program kerjanya selama 20 tahun. Maka di tahun 2023 kita harusnya akan melihat timnas sepakbola Indonesia tangguh. Namun setelah 7 tahun, sejak tahun 2003 saya masih belum melihat realisasi dari visi jangka panjang yang luar biasa itu. Apakah visi itu sudah diturunkan menjadi misi? Dan apakah sudah direalisasikan, tapi tidak terlihat oleh masyarakat? Atau baru akan dimulai ketika beliau mau turun? Atau baru akan dimulai di tahun 2022? Ketika Malasyia sudah menjadi juara grup di Piala Dunia Qatar 2022. Hahahaha…

Lantas, apa jadinya jika NH kembali menjadi ketua PSSI. Aku takut kalau visi jangka panjang itu tidak akan dilakukan. Aku takut sepakbola Indonesia akan jalan ditempat atau bahkan mungalami kemunduran. Secara otomatis, kita akan ketinggalan dengan timnas Malaysia yang memiliki 60 pemain muda yang statusnya siap dimainkan untuk tim nasionalnya. Bahkan, baru-baru ini timnas U-23 kita baru saja kalah 1-3 di kandang sendiri dari timnas Turkmenistan yang berdasarkan rangking FIFA februari 2011 berada 4 peringkat di bawah Indonesia. Menyakitkan memang Kawan.

Untuk itu, sudah waktunya kita melakukan perbaikan untuk sepakbola nasional.
Bukan lewat demonstrasi, bukan pula lewat aksi rusuh di stadion yang akan merugikan orang lain.

Tapi lewat cara-cara yang cerdas. Dimulai dengan mencintai, dan mendukung sepakbola nasional. Lalu menularkannya kepada sesama.

Salam Olahraga..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar